Inilah Perkara yang Menggugurkan Amalan
📖 Perkara yang Menggugurkan Amalan
(Mengungkit-ungkit kebaikan)
Saudaraku yang kami cintai karena Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, dan semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla pun mencintai kalian..
Diantara perkara yang bisa menggugurkan amalan kita, yakni :
🔗 MENGUNGKIT-UNGKIT KEBAIKAN (AL MANN)
Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengatakan:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَى
Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian membatalkan sedekah kalian dengan mengungkit ungkitnya dan mengganggu orang yang kalian bantu. (QS Al Baqarah: 264).
🍃 Oleh karenanya, jika kita memberi bantuan kepada orang lain, (maka) kita lupakan (janganlah mengungkit-ungkit), karena hal itu (akan) menyakitkan hatinya.
Jika kita mengungkit-ungkit, (maka) amalan sedekah kita akan hilang, bahkan diancam dengan adzab yang pedih.
Dalam hadits Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:
"Tiga golongan yang Allāh tidak akan berbicara dengan mereka pada hari kiamat dan tidak akan melihatnya pada hari kiamat, dan bagi mereka adzab yang pedih."
🍃 Diantaranya adalah Al Mann, yaitu orang yang suka mengungkit-ungkit amalan sedekah yang dia berikan.
Sungguh sakit hati Si Miskin ketika kita mengungkit-ungkit dengan mengatakan:
"Bukankah saya pernah membantu engkau?"
"Bukankah saya pernah meringankan bebanmu?"
"Bukankah saya pernah melunaskan hutangmu?"
"Bukankah saya pernah membantumu?"
🍃 Maka, jadilah kita seorang yang tatkala berinfaq tidaklah mengharap kecuali ganjaran dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla sebagaimana perkataan orang-orang mukminin penghuni surga:
إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنكُمْ جَزَاء وَلَا شُكُوراً
Sesungguhnya kami memberi makan kepada kalian karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla, kami tidak butuh dari kalian perkataan terima kasih dan balasan. (QS Al Insān: 9).
"Ya Allāh, mudahkanlah kami untuk beramal ibadah dan jagalah (pahala) amalan ibadah kami...".
Aamiin.
🔗 MENGANGKAT (MENGERASKAN) SUARA DI ATAS SUARA NABI SHALLALLĀHU 'ALAYHI WA SALLAM
Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ
Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengangkat suara kalian di atas suara Nabi, dan janganlah kalian mengeraskan suara (perkataan) kalian di hadapan Nabi sebagaimana kalian mengeraskan suara kalian satu dengan yang lain, akan gugur amalan-amalan kalian dan kalian dalam kondisi tidak sadar. (QS Al Hujurāt: 2).
Kata para ulama:
"Kalau Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam masih hidup lantas kita berkata-kata keras di hadapan Nabi atau suara kita mengungguli suara Nabi bisa membatalkan amalan kita, (maka) bagaimana jika bukan hanya mengeraskan suara, bahkan menyelisihi hadits-hadits Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam?"
Ini perkara yang sangat menyedihkan.
Sebagian orang, tatkala kita datangkan hadits-hadits yang shahih, (kemudian) kita katakan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan demikian, mereka (lalu) mengatakan:
"Saya tidak percaya, saya lebih percaya terhadap perkataan ustadz saya, guru saya, syaikh saya."
Maka dia mencampakkan hadits Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.
⇒ Padahal dia tahu bahwa Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam telah berkata dalam hadits yang shahih kemudian dia tolak.
Kita khawatir orang seperti ini akan digugurkan amalannya.
Kita tahu bahwasanya para ulama memiliki kedudukan yang mulia, akan tetapi tidak ada yang ma'shum.
Apa perkataan Imam Mālik, gurunya Imām Syāfi'ī rahimahullāh ?
Imam Malik pernah rahimahullāh berkata:
كل أحد يؤخذ من قوله ويرد إلا صاحب هذا القبر
"Setiap orang, siapapun juga, bisa ditolak perkataannya dan bisa diterima, kecuali Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam."
⇒ Yang Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, dia ma'shum, yang perkataannya harus kita terima.
Maka, seseorang jangan beragama dengan hawa nafsunya dan mengedepankan syahwatnya sehingga tatkala datang hadits-hadist shahih maka dia tolak dengan berdalil menggunakan perkataan syaikh atau guru atau ustadz.
Ini bisa menggugurkan amal shalihnya.
Perkara yang Menggugurkan Amalan
Saudaraku yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla...
Baca Juga : Jagalah 10 perkara ini wahai anak perempuanku.
🔗 RIYĀ
(Yaitu) beramal shalih dengan mengharapkan pujian dan penghormatan kepada manusia.
Oleh karenanya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pernah bersabda:
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ قَالُوا يَا رَسُولَ الله وَمَا الشِّرْكُ الأَصْغَرُ؟ قَالَ الرِّياَءُ
“Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan menimpa kalian ialah syirik kecil.”
Mereka (para shahābat) bertanya: “Apakah syirik kecil tersebut wahai Rasūlullāh?”
Jawab Beliau, “Riyā".
(HR Ahmad dengan sanad yang shahih)
Dalam hadits lain, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam juga bersabda:
أُخْبِرُكُمْ بِمَا هُوَ أَخْوَفُ عَلَيْكُمْ عِنْدِي مِنَ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ؟) قَالُوا: بَلَى يَا رَسُولَ اللهِ! قَالَ: الشِّرْكُ الْخَفِيُّ، يَقُومُ الرَّجُلُ فَيُصَلِّي، فَيُزَيِّنُ صَلَاتَهُ، لِمَا يَرَى مِنْ نَظَرِ رَجُلٍ إليه
“Maukah aku kabarkan kepada kalian tentang perkara yang lebih aku khawatirkan menimpa kalian daripada fitnah Dajjāl?”
(Para shahabat) menjawab: “Tentu, wahai Rasūlullāh.”
Kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:
“Syirik kecil (tersembunyi), yaitu ketika ada seorang berdiri kemudian dia shalat kemudian dia bagus-baguskan shalatnya tatkala dia tahu ada orang yang melihatnya sedang shalat."
(HR Ahmad)
Orang ini menghiasi & memperpanjang ibadahnya serta mengindahkan lantunan bacaan Al Qurān nya bukan karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla, tetapi karena supaya dipuji oleh manusia.
Oleh karenanya, Saudaraku yang dirahmati Alloh Subhānahu wa Ta'āla...
Sungguh menyedihkan kondisi orang yang riya', (yaitu) yang beramal shalih karena ingin dipuji oleh manusia:
• Dia lebih mendahulukan untuk memperoleh pujian manusia dan meninggalkan pujian Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
• Dia lebih mementingkan ganjaran dunia dan meninggalkan ganjaran akhirat.
• Dia tidak mengagungkan Allāh Subhānahu wa Ta'āla tetapi dia mengagungkan manusia yang penuh dengan kehinaan.
• Dia berharap mendapatkan ganjaran di dunia dengan pujian dan meninggalkan ganjaran yang Allāh berikan di akhirat.
Maka diantara perkara yang membahayakan yang bisa menjerumuskan orang dalam riya' (ingin dipuji) yaitu:
"Perbuatan sebagian orang yang sering memposting atau menunjukkan amalan ibadah dia."
Tatkala dia berhaji, dia memfoto dirinya.
Tatkala dia di Ka'bah, dia memfoto dirinya.
Tatkala dia sedang berdo'a, dia foto dirinya.
Tatkala dia sedang membaca Al Qurān, dia foto dirinya.
Kemudian dia pajang di media-media sosial.
Seandainya niatnya untuk memotivasi, (maka) alhamdulillāh.
Tapi dikhawatirkan niatnya hanyalah untuk dipuji atau dikomentari, untuk memamerkan ibadah dia.
Sama seperti orang yang berhaji, kemudian hanya untuk dipanggil "Pak Haji", rugi!
Dia sudah mengeluarkan uang puluhan juta dan menanti masa penantian untuk bisa berangkat haji, lantas hanya ingin supaya bisa dikatakan "Pak Haji" supaya dihormati masyarakat.
Maka amalan dia tidak akan diterima oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla karena dia melakukannya bukan ikhlas karena Allāh tetapi karena riyā. Dan di akhirat kelak Allāh Subhānahu wa Ta'āla akan menghinakan orang-orang yang riya'.
Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla kepada orang-orang yang riyā:
اذْهَبُوا إِلَى الَّذِينَ كُنْتُمْ تُرَاءُونَ فِى الدُّنْيَا، فَانْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ عِنْدَهُمْ جَزَاءً.
"Pergilah (mintalah) pahala kepada orang-orang yang dahulu kamu harapkan pujiannya, apakah kalian akan mendapatkan balasan?"
(HR Ahmad)
⇒ Jawabannya, tentu tidak.
Kita berlindung kepada Alloh Subhānahu wa Ta'āla dari kesyirikan dan segala macam bentuknya..
Sumber: TausiyahBimbinganIslam
Baca Juga : Istri Ajaklah Suami Lakukan 4 Hal Ini, Maka Peroleh Pahala Besar,
Komentar
Posting Komentar